Trip to Bira #3 : Biaya Akomodasi dan Transportasi

Rasanya sungguh tidak fair tanpa memberi tahu berapa estimasi biaya yang harus dikeluarkan ketika ingin kesana. Karena percayalah pantai Bira masih bisa menjadi andalan tujuan wisata domestik. Dengan keindahan alam yang masih alami, ada banyak petualangan yang dijanjikan disana.

Untuk sampai ke Pantai Bira yang terletak di Kabupaten Bulukumba, tentu saja bisa ditempuh dengan berbagai cara. Anda bisa menggunakan motor ataupun mobil. Untuk anda yang senang dengan touring mungkin jarak 250 km tidak akan menjadi masalah. Tapi yang ingin liburan dengan aman damai sentosa, saya menyarankan anda menggunakan mobil saja untuk kesana.

Tidak mempunyai mobil pribadi? Anda bisa menggunakan mobil angkutan antar kabupaten. Biasanya mobil-mobil ini anda bisa temukan di Terminal Malengkeri. Karena disinilah semua pusat kegiatan berkendaraan ketika anda inginke arah Sungguminasa ke atas. Biaya yang harus anda persiapkan adalah 100 ribu untuk transportasi pergi-pulang. Kalau sampai di Bulukumba kota, biayanya hanya 40 ribu saja sekali jalan, tetapi ini anda harus minta diantar ke kawasan Pantai Bira sekitar 40 kilometer lagi dari Kota Bulukumba.

Pun ketika anda menggunakan jasa mobil rental harganya tidak akan jauh beda. Belum lagi ketika menggunakan mobil sewa anda harus memastikan semakin banyak orang yang harus turut serta urunan, supaya faktor pembagi menjadi semakin besar. Perbedaannya hanyalah ketika anda menggunakan mobil rental, anda bebas menentukan mau pergi kapan saja, mau singgah dimana saja, serta ada beberapa lokasi yang ingin didatangi selain di Bira.

Setelah sampai di Bira, dimana kita harus menginap? Tenang saja. Di sekitar pantai Bira ada berbagai penginapan yang bisa disewa. Tentu saja semuanya dengan kehandalan dan fasilitas masing-masing. Anda ingin ketika membuka jendela langsung bisa melihat laut dan debur ombak, ataukah ingin jalan sedikit untuk mencapai pantai. Anda bisa memilih untuk memakai sebuah kamar saja di penginapan, ataukan sekalian menyewa sebuah rumah. Tentu saja dilihat dari berapa orang yang anda ajak.

Kisaran harga yang standar adalah 150 ribu permalam. Biasanya untuk kamar dibatasi isinya adalah maksimal 4-5 orang. Jadi anda bisa mengestimasi sendiri berapa biaya per orang per malamnya. Ini tidak termasuk biaya makan. Hanya tempat saja.

Sekedar saran untuk memilih tempat, anda bisa mengambil penginapan yang lumayan jauh dari pantai. Yah sekitar 200 – 300 meter lah. Kenapa? Karena suasana sekitar pantai, di jalanan akan sangat ramai. Entah pagi, siang, ataupun malam. Untuk anda yang ingin bersantai atau istirahat sejenak, pasti akan merasa terganggu dengan suara orang berbicara, kendaraan yang lalu lalang, serta suara berisik lainnya. Jadi tidak apa-apa jalan sedikit tapi kenyamanannya terasa total.



Penginapan yang sarankan adalah Sunshine Guest House yang terletak sedikit di atas bukit. Tidak terlalu jauh dari pantai, tetapi jauh dari keriuhan. Sehingga ketika lelah sehabis bermain di pantai, kita bisa beristirahat dengan tenang di malam hari. Akses air bersihnya pun lumayan lancar. Ketika berbicara dengan beberapa tamu (yang semuanya bule) salah satu alasan mengapa mereka menyenangi tempat itu karena suasana teduh dan sepi itu tadi. Pantai masih terlihat dari balkon, dan kita bisa membaca sambil ditemani sepoi-sepoi angin gunung. Mantab!

Terakhir adalah biaya konsumsi. Apakah mahal? Untuk sedikit berhemat anda bisa saja membawa makanan dari Makassar atau daerah lain. Tapi tahan untuk berapa lama? Tidak perlu khawatir dengan masalah makanan. Banyak kios-kios sepanjang jalan menuju pantai yang bisa dinikmati. Tapi itu dia, menu andalan yang bisa dimakan apalagi kalau bukan mie instan + telur.

Ada beberapa bungalow atau penginapan besar yang menyediakan semacam kafe atau restoran didalamnya. Tapi saran saya kalau tidak mau langsung jatuh miskin, jangan coba-coba makan disana. Standar harganya adalah 30 – 35 ribu satu kali makan. Itupun biasanya hanya berupa satu menu saja.



Saran saya, cobalah cari kios Rahman atau kios H&R. Kalau anda ingin menikmati hidangan ikan atau cumi segar beserta sayuran, anda bisa mencoba makanan disini. Harganya juga sedikit mahal, tapi ada beberapa pilihan menu yang masih terjangkau. Kuncinya itu tadi, kalau anda berlibur bersama beberapa orang maka faktor pembaginya akan semakin besar. Anda bisa makan enak (dan banyak) hanya dengan 25 ribu rupiah per orang!

Jadi berapa total estimasi biaya yang harus dikeluarkan?

Kalau sendirian berarti 100 ribu (transportasi) + 150 ribu (penginapan) + 150 ribu (untuk 6 kali makan) dengan total 400 ribu.

Kalau dengan rombongan (misal 4 orang) berarti 100 ribu (transportasi) + 35 ribu (pernginapan) + 75 ribu (untuk 6 kali makan) dengan total 210 ribu.

Jadi silahkan rencanakan dengan matang rencana perjalanan anda, karena Pantai Bira layak untuk dikunjungi. Selamat berlibur!

Trip to Bira #2 : Liburan dan Sahabat

Ada banyak hal yang membuat trip kali ini tidak akan terlupakan. Semuanya seolah-olah bersatu padu untuk menggagalkan niat mulia kami untuk bersenang-senang. Mulai dari hujan, kecelakaan, stress karena pekerjaan, penginapan, semuanya membuat stress. Tapi disitulah tantangannya, ketika kami tidak peduli dengan itu semua serta berhasil tiba di Pantai Bira dengan sejahtera dan sentosa.

Biarkan saya memperkenalkan partner in crime saya di liburan kali ini. Mereka adalah Nanie dan Anbhar, sahabat yang telah berbagi tawa dan berbagi kegilaan dimanapun. Lalu ada Herman, sahabat yang selalu bisa diandalkan kapan pun, walaupun kadang keberadaannya susah dilacak bahkan dengan kompas sekalipun.



Sebenarnya trip ini ingin melibatkan banyak orang, tapi sekali lagi saya menegaskan sama Nanie, bahwa saya ingin bersantai. Ingin melepas penat di kepala. Bukan harus sibuk mengurusi kepentingan banyak orang dan banyak pihak. Belum lagi memastikan semuanya merasa nyaman atau tidak.

Bukannya egois, tapi keadaan yang terburu-buru membuat semuanya pasti berantakan apabila melibatkan banyak pihak. Maka biarlah saya mengajak beberapa orang dulu untuk melihat bagaimana keadaan Bira, dan kemudian merencanakan sebuah trip besar-besaran yang bisa diikuti oleh semua orang.

Tadinya sendirian pun saya bisa menjabani trip ini. Berhubung ada teman yang pernah menampungku. Masalahnya adalah, liburan sendirian? Itu pasti akan sangat membosankan. Karena walaupun saya tahu sang teman akan menemaniku di beberapa waktu, dia juga terbatas gerakannya karena punya pekerjaan. Tidak mungkinlah saya kemudian merepotinya lagi.

Saya teringat pengalaman sewaktu jalan ke Lombok kemarin. Saya pikir akan menikmati pantai Senggigi. Memang beberapa saat saya sangat menikmati debur ombak, sunset, dan kesendirian. Tapi itu semua tidak berlangsung lama. Sama seperti kau memiliki sepotong kue yang enak. Dimakan sendiri jadinya eneg karena kebanyakan, tapi ketika kau berbagi dengan orang lain, walaupun harus bertengkar atau saling berebut, semuanya terasa lebih enak.

Dan memang terbukti ada banyak kegilaan yang kami lakukan bersama. Saya yang pada awalnya hanya berniat untuk mandi-mandi di laut saja, akhirnya menemukan keasyikan snorkeling. Menambah satu alasan kenapa saya sangat menyenangi laut. Terik matahari tidak mengurangi semangat kami untuk saling teriak, saling berburu dan saling tertawa diselingi debur ombak. Melihat Herman yang berusaha pedekate dengan seorang cewek, Anbhar dan Nanie yang terus berduaan, membuat senyum terus tersungging di wajahku.



Kegilaan kami tidak berhenti disitu, tragedi ketupat-penyelamat-nyawa akhirnya terjadi sewaktu di penginapan. Kelar bersih-bersih, kami semua merasa lapar. Beruntunglah masih ada bebeberapa ketupat segede-gede gaban beserta ayam yang dibawakan oleh Kakaknya Nanie. Makanlah kami dengan ketupat itu. Apa istimewanya? Kami tidak memiliki satu pisau pun! Peralatan makan kami hanya sebuah garpu plastik sisa pop mie. Akhirnya kami dengan ala barbar menggigit ketupat tersebut sambil menertawai satu sama lain. Nikmatnya? Tiada tara!

Beberapa sesi curcol pun seringkali terjadi. Tidak mengenal waktu dan tempat. Entah ketika sedang menunggu indomie di kios Rahman, sedang berjalan menuju pelabuhan, ataupun disela-sela kami duduk dipantai. Ada banyak hal baru yang kemudian saya ketahui tentang sahabat-sahabat saya. Tema utama curcol kali ini? Apalagi kalau bukan C.I.N.T.A dengan subjek penderita adalah Herman. Hahaaha!

Entah bagaimana rasanya kalau saya melakukan trip ini sendirian. Mungkin saya juga akan bersenang-senang dengan eji. Tetapi tentu saja bersenang-senang dengan cara lain, dan tidak bisa ditukar dengan keriuhan yang terjadi bersama 3 orang itu. Liburan sendiri? Akan menjadi hal paling terakhir dalam kamus liburan saya!

Trip to bira #1: Teori Sistem

Tahukah anda mengenai teori sistem? Kalau hal itu ditanyakan kepada saya mungkin saya langsung akan tegas menjawab tidak. Saya hanya pernah sekilas mendengarnya. Itupun kalau sumber yang saya dengar itu bisa terbukti keakuratannya. Mungkin setelah ini anda akan mencari tahu mengenai teori sistem itu sendiri di paman google, tapi saya akan menjelaskannya hanya sekedar pengetahuan saya.

Sistem itu sendiri merupakan sebuah proses, satu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian, beberapa individu yang memiliki tugas dan perannya masing-masing. Kesemuanya ini bersatu padu membentuk kesatuan yang memiliki tujuan. Entah itu untuk kebaikan maupun keburukan. Tanpa ada satu bagian yang bekerja maksimal, maka keseluruhan sistem akan rusuh, akan chaos, dan akan hancur berantakan.

Tunggu dulu, bukannya judul postingan ini mengenai liburan ke bira? Hubungannya dengan teori sistem? Hahahaha, maaf telah membuat anda semua berpikir serumit ini. Karena inilah yang mendasari dan mengharuskanku mengambil trip alias liburan ke bira.



Ketika saya memutuskan untuk bekerja sebagai abdi negara, tentu saja ada beberapa pengorbanan yang harus saya lakukan. Saya masih mengingat perkataan salah satu bos saya,


“mungkin nanti kamu harus memilih. Untuk menjadi professional. Dalam artian mengesampingkan kehidupan pribadi kamu dan terus bekerja secara maksimal”


Saya pikir prinsip ini ada di semua pekerjaan. Ketika kau harus total dalam melaksanakan pekerjaanmu. Bahkan seorang tukang kunci pun jangan diremehkan perannya dalam satu kantor atau perusahaan. Kalau dia tidak datang dan membuka pintu, bagaimana cara anda bekerja? Dengan mendobrak pintunya setiap hari?

Tidak perlulah saya jelaskan bagaimana kehidupan di kantor pra liburan lebaran kemarin. Bagaimana perasaan anda ketika semua orang sudah menikmati libur, bersiap untuk menyambut lebaran, sedangkan anda masih berkutat dengan pekerjaan di kantor?

Bahkan sampai hari terakhir? Semuanya terjalani bagai mimpi, dan niat untuk menggunakan libur Idul Fitri sebagai sarana untuk beristirahat tidak terlaksana.
Kenapa? Hey! Perlukah bertanya lagi? Ini lebaran! Saatnya untuk memperbaiki hubungan kembali dengan sesama. Saya bukanlah tipe orang yang memiliki banyak waktu untuk berbasa basi. Ya, karena memang dengan semua sepupu rasanya ada link yang hilang.

Maka saat inilah yang bisa digunakan untuk sedikit memperatnya. Sekedar bertanya kabar, sekedar bertukar senyum. Belum lagi deretan teman yang datang dari luar kota, reuni kecil-kecilan sampai besar-besaran yang kesemuanya membutuhkan stamina dan mood yang luar biasa untuk tetap bagus.

Lantas apa yang menjadi masalah sekarang? Kalau mau diibaratkan sebuah elemen pendukung dari sebuah sistem yang besar, maka bisa saya katakana masa pakai saya sudah hampir soak. Sudah hampir habis. Dengan begitu banyak tekanan. Dengan begitu banyak kegiatan. Saya bahkan belum beristirahat sama sekali. Sedangkan ada banyak kegiatan yang akan menghadangku memasuki bulan oktober dan penghujung tahun. Urusan yang saya tahu tidak akan memakan tenaga, pikiran, dan perasaan yang tidak sedikit. Apakah saya mampu menjalani semuanya itu nanti?

Maka dengan niat tulus dan ikhlas saya pun merencanakan sebuah misi pelarian diri yang terencana. Memilih sebuah tempat dimana sejenak saya bisa melupakan semuanya. Melupakan bahwa saya adalah sebuah elemen dari sebuah sistem yang sangat besar. Memberikan hak bagi tubuh dan pikiran saya untuk beristirahat sejenak. Karena ada banyak jalan keras yang akan menghadang.

Tentu saja dalam sistem ini disebut masa idle. Masa overload. Dan itu yang saya hindari sebisa mungkin. Ketika kejenuhan akan menghampiri diriku. Ketika kau masih bisa mengendalikan sebuah sistem maka beruntunglah karena setidaknya kau masih merasa merdeka untuk menentukan nasibmu sendiri.

Kemana kita liburan kali ini? Dengan rencana yang terus berubah, mood yang terus naik turun, bersama 3 rekan dalam berkejahatan, Nanie, Herman, Anbhar, maka limited edition runaway #4 resmi dimulai pada hari jumat. Tujuan : Bira!

Glee : that’s why I love music so much!

Jika ada yang bertanya genre film apa yang paling sering saya tonton, maka orang-orang terdekatku pasti akan menjawabnya. Mereka yang telah mengerti sepenuhnya, minat, bakat, serta kesenanganku. Deretan smallville, heroes, roswell, supernatural, lost yang akan kalian temui sebagai jawaban. Dari dulu, genre itulah yang bisa saya tongkrongi, dari season pertama sampai season terakhir.



Apa yang terjadi dengan Glee? Apakah ada pengecualian? Sepertinya begitu. Dan sepertinya saya menjadi orang paling terakhir yang menyadari bahwa serial tersebut memiliki nilai plusnya sendiri. Sejak jauh jauh hari kolega saya di CreativeDisc selalu membicarakan serial fenomenal tersebut, tapi saya tetap anteng saja. Alasannya? Malas sama sesuatu yang berbau pop!

Disinilah letak kesalahannya. Hahaha! Akhirnya suatu ketika saya memberanikan diri untuk membeli Dvd bajakannya, sejak itulah saya jatuh cinta pada episode pertamanya. Apakah memang sebuah serial atau cerita bisa dibuat berdasarkan rentetan makna dan interpretasi sebuah lagu? Jawabannya adalah Glee!

Pertama menikmati Glee saya justru mendapatnya dari deretan 2 album soundtracknya. Saya belum bisa ngeh sepenuhnya. Maklum saja, ditelinga saya itu hanyalah remake beberapa lagu yang telah hits. Mixingnya pun saya tidak mengerti kenapa bisa mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut. Semuanya karena memang saya tidak pernah menyaksikan serialnya.

Maklum sikap skeptis saya mungkin perwujudan rasa traumatis menyaksikan ketiga installment High School Musical. Padahal Glee berbeda dengan film tersebut. Kekuatan vokal para anggota New Directions berbeda dengan pop-crunch-wannabe yang ditawarkan oleh Zac Efron dan teman-temannya. Setiap scene dan jalinan cerita yang dibuat pun senatural mungkin dan sesuai dengan pemilihan lagu yang tepat.

Satu hal kesimpulan saya setelah marathon serial ini selama seminggu adalah kita (atau saya tepatnya) tidak bisa lepas dari music. Akan interpretasi yang dibuat, semua lagu rasanya mewakili beberapa episode hidupku. Semuanya bertaut satu sama lain dan entah mengapa saya bisa menemukan track-track yang tepat untuk dijadikan soundtrack of the scene. Seperti setiap alur cerita dalam Glee.



Bagaimana suatu lirik bisa membuat dada membuncah, bagaimana suatu lagu bisa membuatmu berdrama dan menikmati setiap episode kehidupan dengan maksimal. Mungkin saja juga hidup saya sudah tidak terlalu penuh drama seperti dulu, tapi saya tetap membutuhkan candu-candu itu untuk melanjutkan hidup.

Ketika Taller, Better, Stronger milik Guy Sebastian pernah begitu menopangku, ketika Irrepleaceable nya Beyonce bisa membuatku menegakkan kepala ketika jatuh karena masalah hati. Atapun ketika saya bisa meneriakkan hasrat stalker ku bersama Muse di Undisclosed Desire. Semuanya terangkum dan memiliki kenangannya tersendiri.

Sekarang track yang menjawara dalam playlist dan hidup saya adalah Unbroken milik Stan Walker, Broken Arrow dari Pixie Lott, Brielle nya Sky Sailing dan satu lagu yang membuatku terbuncah dalah Strip Me yang dibawakan dengan apik oleh Natasha Beddingfield. Apa yang terjadi dengan hidupku? Silahkan baca sendiri, karena seorang teman pernah berkata, hidupku sangat mudah terbaca dengan berbagai playlist yang kubuat.

Seperti Kurt, Rachel, Finn, Puck, Mercedez, Will dalam Glee, ada pemaknaan tersendiri terhadap semua musik dan lagu yang ada di dunia ini. Itulah yang menjadi soundtrack kehidupan, dan saya bisa tegas berkata, “I can’t live my life without music”.

Keluarga dan 101 masalahnya.

Semalam saya bertemu dan berbincang dengan seorang teman. Teman yang dari dulu masih terus berhubungan untuk hal-hal remeh dan tidak penting. Teman yang sepertinya akan berubah statusnya menjadi sahabat. Teman yang telah mempercayakan satu rahasia tergelapnya ke tanganku.


“apa yang terjadi dengan keluargamu Qko? Kenapa kamu masih bisa melewati semua hal itu dan masih bisa tersenyum? Sedangkan saya, rasanya ingin lari dari semua ini.”


Itu yang bisa saya tangkap dari nada suaranya yang semakin sendu. Helaan napas yang berkali-kali terdengar membuatku bisa mengerti bagaimana posisinya. Bahkan tawa yang terdengar pun menjadi getir. Segelas Avocado Coffe tidak bisa menghilangkan gundahnya. Apa yang terjadi dengan keluarganya?



Tahukah kau kawan bahwa setiap keluarga memiliki kehidupan dan masalahnya masing-masing? Tahukah kau bahwa keluarga atau rumah merupakan elemen paling dasar yang membentukmu untuk berperangai? Tahukah kamu bahwa tidak semua rumah memiliki setiap senyum bahagia? Semuanya memiliki konflik sendiri-sendiri.

Sayapun hanya bisa terus mendengarkan setiap perkataannya. Setiap episode drama yang terjadi dirumahnya. Sesekali saya menimpali di momen yang tepat, sekedar memastikan bahwa saya mengikuti alur pembicaraannya. Bahwa saya mengerti perasaannya. Bahwa saya pernah berada di posisi itu. Ibu yang mau berpisah dengan bapak? Itu hanyalah salah satu episode dalam drama keluargaku dan saya telah melaluinya.

Mungkin Tuhan sangat menyayangi keluargaku. Sehingga dia berungkali memberi kami perhatian yang berlebih. Begitu banyak drama yang terjadi. Air mata yang telah tumpah. Ketika diumpamakan seperti vas bunga, mungkin bentuknya sudah tidak seperti dulu lagi. Pincang sana sini. Lecek sana sini. Tapi kami berhasil menempel setiap keping yang pecah itu. Berhasil menjadi lebih kuat di setiap peristiwa. Lari dari rumah? Saya sudah melakukan itu 7 tahun yang lalu. Tapi saya selalu bisa kembali. Selalu ada kekuatan dan kenyamanan ketika saya berada di rumah.

Kenyataannya itulah ritme yang terjadi dalam keluargaku. Ketika dalam setahun tidak ada drama yang terjadi, maka ada sesuatu yang tidak beres. Aneh memang, tapi kalau itu memang yang harus terjadi? Kau mungkin tidak akan pernah melihat kami sekeluarga hangout bareng, sekedar pergi membeli furniture rumah atapun baju lebaran. Tapi itu sudah menjadi sebuah pola, sebuah keterbiasaan. Mungkin berbeda dengan yang terjadi di rumah orang lain, tapi itulah yang terjadi dirumahku.

“Apa yang harus saya lakukan Qko? Tidak mungkin saya membiarkan masalah ini berlarut-larut”

Setelah puas menumpahkan semua keluh kesahnya dia mulai meminta pendapat. Memikirkan berbagai alternatif jalan keluar. Saya pun hanya bisa berkata, hanya satu jawaban untuk permasalahan keluarga. Kau harus frontal menghadapinya. Dan kau harus siap dengan semua konsekuensinya. Bersiaplah untuk kemungkinan terburuk.

Mungkin sepertinya akan sulit dilakukan. Apakah kau akan tega berbicara sejajar dengan orang yang telah melahirkanmu? Mengajari mereka tentang sebuah kesalahan? Yah, saya telah melakukannya. Dan itu wajar-wajar saja. Sulit memang, daripada menanggung sakit yang terus bertahan selama menahun? Yang pelan-pelan menghasilkan isak tangis tengah malam, yang membuatmu merasa rumah laksana perwujudan sebuah neraka. Lebih baik satu kali konfrontasi, sakit memang. Tapi semua masalah selesai dan tidak ada yang tersimpan.

Satu persatu lampu penerangan halaman mal tersebut dimatikan. Posisi kami telah berganti dari kedai kopi karena kedai tersebut sudah akan tutup. Kini kami hanya duduk berdua di teras mall tersebut. Menunggu temanku untuk memantapkan langkah dan menjadikan saya sebagai batu pijakannya lagi. Majulah teman, mungkin kamu yang harus berkorban untuk episode ini. Mungkin kamu yang harus berjuang untuk masalah ini. Semua ada jalan keluarnya. Kamu masih ingin melihat keluarga kamu berada dalam satu rumah kan?

Pelan-pelan kami beranjak ke tempat parkir. Dia telah menentukan sikap. Bagaimana dia harus menghadapi hari-harinya. “Jangan pernah lari dari masalah. Karena kau akan berdewasa dengannya”. Setidaknya itu satu pesan terakhir saya. Sekeluar dari tempat parkir kami pun berpisah jalan. Dia pulang kerumahnya, dan saya pulang ke rumahku. Berjuanglah teman!

*saya mendengarkan Frankie J – Daddy’s Little Girl, Gevin DeGraw – Follow Through dan Kevin Rossdale – Love Remains The Same ketika menulis postingan ini.

What is the right investment for you?

Many people confused what they want to do with their money. Just spend it with buy a house as an investment, go to the bank, having some gold for future benefits, how the price of gold nowadays? or make an education scholarship? That’s a lot choice you can do. But you have to think about what investment that brings you a lot of benefit.



If you choose a house or an apartment for your investment, you have to think about daily maintenance. Or even you have to watch it every day. If you choose saving your money in the bank, you have to think how to choose the right bank? How about the program? Is it worth with the income that you received?

When you have an account in the bank, maybe you will take the credit card too. This makes you having the most dangerous things in the world is the hunger of shopping. You want to buy everything, even though you didn’t need it. You can read it in the newspaper, or watching the television how not only woman doing this shopping things, but the man also did it.

How about the gold? What about the gold price? Is a safety choice for the future? If you have to choose, the gold investment is the right choice. Because the price is rarely stable. Every year the value of the gold is rising up. It equals with the oil in the world.

Because of this, many people choose it as the investment. So, what is the right gold to buy? It’s depends on you looking the gold spot. You can choose the gold as your jewel. You can wear it in special occasion. Or you can try the coin or the bar gold.

Ramadhan kali ini.

Saya kalah. Itu saja yang ingin saya katakana. Ternyata saya kalah pada kesenangan dunia. Ternyata saya kalah pada hawa nafsu. Dan saya merasa tidak mendapatkan berkah ramadhan kali ini. Semuanya berlalu sekejap mata. Tidak ada yang berarti. Tidak ada yang berkesan.

Masih teringat sebulan yang lalu ketika Ramadhan datang mendekat. Saya menyambutnya dengan euphoria berlebihan. Memiliki segudang rencana ini dan itu. Akan begini dan begitu. Nyatanya? Semua tidak berjalan dengan lancar. Sepertinya memang saya harus menyambut Ramadhan biasa saja. Lebih dikuatkan pada niat, dan bukan pada rencana.

Apa yang terjadi dengan Ramadhan ku? Entahlah. Saya pun tidak dapat menjawabnya. Ketika tahun lalu saya diuji dengan sebuah kesusahan, dengan patah tulang dan bebat dimana-mana. Ternyata saya bisa melaluinya. Kali ini Tuhan menguji lagi. Bukan dengan kesusahan, tapi sebuah kesenangan. Kesenangan duniawi akan pekerjaan dan eksistensi. Dan ini yang saya belum bisa lolos darinya.

Saya yang mempunya waktu untuk jalan kesana kemari. Mengurus ini dan itu, mengerahkan setiap tenaga dan kemampuan, justru bahkan bangun untuk Shalat Subuh pun sulit kulakukan. Ketika saya mampu nongkrong sampai tengah malam bersama teman-teman, tapi kenapa bahkan satu rakaat terawih pun sulit kutegakkan?

Begitulah cobaan di dunia ini. Saya masih mengingatnya dari ceramah agama di waktu yang lampau. Bahwa Tuhan tidak akan mengujimu dengan kesusahan saja. Tapi dia akan mengujimu juga dengan kesenangan, dan biasanya inilah ujian yang paling berat. Karena di saat susah, kita akan sangat gampang merasa dekat dengan Tuhan. Sedangkan di saat senang? Kita akan berubah menjadi manusia pongah tidak tahu diri.

Ada satu kesyukuran ketika saya masih diperkenankan untuk bertemu dengan Idul Fitri tahun ini. Sebuah bentuk perayaan atas kemenangan melawan hawa nafsu. Tapi mungkin perjuangan saya tahun ini tidak maksimal. Dan saya menyadarinya dengan sepenuh hati. Bahwa memang saya telah kalah.

Panjangkanlah umur ini ya Rabb. Untuk bertemu dengan Ramadhan mu lagi di kali yang akan datang. Yang akan siap dengan semua ujianmu. Yang akan menyambut hari kemenangan dengan satu senyum tersungging di bibir, bahwa saya telah mampu melewati perang yang paling besar. Perang melawan hawa nafsu.



Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Kecanduan Twitter

Ya, untuk beberapa hari ini ada satu hal yang sangat membuatku kecanduan. Bukan, bukan Farmville. Sampai saat ini memang saya masih menekuni menjadi petani di dunia maya, tetapi tidak seperti dulu kecanduannya. Yah, kalo sehari tidak bertani juga sudah tidak apa-apa.

Lantas yang menjadi kecanduan baru saat ini adalah nge-twit! Hahaha, emang ketinggalan euy! Setahun yang lalu kala saya masih di Asta, Twitter sebenarnya menjadi salah satu alat untuk berpromosi. Cuma yah itu, saya malam. Berpikir tidak ada untungnya nge-twit. Dasar geblek! Soalnya saya belum paham tentang apa itu Reply To, ReTweet, dan sebagainya. Tapi sekarang? Hohoho, dimana-mana sudah harus nge-Twit.



Jadi, follow me @iqkoberuang dan selamat berjumpa di Timeline saya :)