Resign


tidak nyangka kata ini akan keluar juga.
setelah sekian lama berkompromi dengan sang skripsi.
akhirnya saya harus memilih
dan perjalanan selama 6 bulan disini akhirnya.

"selesaikan dulu kuliah kamu baru kerja yang benar". ini kata bapak

"yah, mau diapain lagi? pikirin skala prioritas lah yang mana mau di fokuskan". ini kata alfie

"hah? kok bisa? bukannya sudah mapan disana?". ini kata sebagian besar teman-teman.

yah, mau diapain lagi. saya resign. tidak ada lagi rengga. at this time, just me.

image hosted by NadavDov

Kick Andy - Off Air



Maaf, udah malas diedit. daftar yah!!!

RADIO GENERIK KICK ANDY OFF AIR
” INDAHNYA BERBAGI ”
APA KABAR MITRA WANITA // BAGI PENGGEMAR KICK ANDY METROTV / JANGAN LEWATKAN / KESEMPATAN NONTON RAME - RAME / KICK ANDY OFF AIR / DAN KETEMU LANGSUNG ANDY F. NOYA // DENGAN BINTANG TAMUNYA ANDREA HIRATA / DWI KRISMANAN / IBU RABIAH (SUSTER APUNG) / JUMAT / 11 JULI / MULAI JAM 2 SIANG / DI BARUGA / UNIVERSITAS HASSANUDIN / MAKASSAR // CARANYA / DAFTARKAN DIRI ANDA // MULAI SEKARANG / MELALUI WWW.KICKANDY.COM // LALU AMBIL UNDANGANNYA / TGL 9 & 10 JULI / OFFICE HOUR / DI KANTOR METROTV BIRO MAKASSAR / JL. HAJI BAU NO 2A / MAKASSAR // IKUTI ACARANYA / DAN DAPATKAN / FREE SOUVENIR SERTA DOOR PRIZE //

KICK ANDY OFF AIR ” INDAHNYA BERBAGI ”
DISELENGGARAKAN OLEH METROTV

ACARA INI DI DUKUNG OLEH UNIVERSITAS HASANUDDIN & RADIO SPFM CITRA WANITA MAKASSAR

Biro-crazy

Kulari kehutan kemudian teriakku..
Kulari ke pasar kemudian teriakku..

Emang itu yah lanjutannya?? Hehehehe, just some curiosity ajah. Karena itulah yang saya rasakan dua hari ini. Pengen teriak bu! Gila aja. Memang yang namanya birokrasi itu aplikasinya beribet! Banyak banget hal-hal yang harus diurus. Kenapa mesti berurusan sama birokrasi lagi?
Biasa, masalah proposal. Kayaknya kehidupan saya selama setahun ini nggak jauh-jauh dari proposal dan seribu satu macammnya. Setelah beberapa minggu yang lalu saya sempat kecele di kantor camat rappocini, kesalahan itu tidak mau saya ulangi lagi.

“mana rekomendasi dari kesatuan bangsa? Ini gak bisa melakukan penelitian langsung disini. Urus rekomendasi dulu di pemkot!”

Gubrak! Itulah perkataan salah satu ibu-ibu pns di kantor kecamatan rappocini. Ditambah balutan baju dinas, rasanya surat penelitian saya tidak ada arti apa-apanya. Walopun gambar ayam sudah tercantum sebagai logonya.

Jadi sudahlah, saya mengurus semuanya dari awal lagi. Mulai dari meminta tanda tangan pd3 yang berisikan surat penelitian, berjubel dengan calon mahasiswa baru di gedung registrasi. Sampai tersesat di kantor gubernur yang besarnya naujubileh. Tu gedung gak ada lift kali yah? Minimal petunjuk arah kek, biar seolah-olah tidak mencari jarum di tumpukan uang.

Kantor kesatuan bangsa dapat (walopun saya sebenarnya gak ngerti hubungan antara kesatuan bangsa dengan kantor kecamatan apaa??), masalah lainnya adalah, harus melampirkan proposal skripsi. Mampus! Yah, memang, saya bodoh. Itu sudah saya lakukan. Kemarin itu merupakan kali kedua saya datang. Kali ini dengan membawa proposal. Foto kopi ktp, menunggu 10 menit. Sim salabim rekomendasi keluar. Selesai? Harapan saya begitu. Tetapi ternyata belum, itu Cuma rekomendasi ke pemkot. Ya sodara, kesbang provinsi ke kesbang pemkot baru ke kecamatan dan ke kelurahan di mana tempat saya meneliti. Itulah jalur birokrasi yang harus saya lalui.

Di pemkot…, saya di ping pong lagi.

“mas, ini suratnya harus ke bagian umum dulu. Kan ditujukan untuk walikota makassar. Jadi nggak bisa ke kesbang langsung.”

Aargggggggggh. Mau gila. Jangan gila dulu. Belum sarjana. RSJ juga belum mau terima. Jadi lanjut saja perjuangannya. Setelah dua hari menunggu bolak balik (tragedy itu terulang lagi! Dimana siang-siang di saat matahari lagi lucu-lucunya saya mesti balik ke rumah buat nge print proposal ku tercintah) rekomendasi itu keluar juga. Amplop putih sudah di tangan satu buat camat ujung pandang baru. Satu untuk dekan.

Perjuangan? Lanjut terus!

Ps : besok saya mau bimbingan lagi sama PA tercinta, doakan yah!

Live Report : Independensi Media


Sampai dimanakah independensi media kita? Pertanyaan ini menjadi pertanyaan besar untuk semua pekerja media. Bagaimana menjadikan suatu media menjadi suatu lembaga yang netral, dan tidak dipengaruhi oleh faktor apapun. Inilah yang menjadi gambaran dan hasil diskusi yang dilakukan dalam 2 sesi seminar “Menggagas Media Massa Sebagai Media Pendukung Pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan”
Terdengar berat? Yah, bagi saya tema ini lumayan berat. Karena ternyata setelah keseluruhan sesi yang saya ikuti, saya kemudian merasa menjadi déjà vu terhadap perasaan teman-teman sewaktu mengikuti kuliah Etika dan Hukum Media Massa. Saya anak PR, kenapa terperangkap dalam dunia jurnalistik (lagi?)
Sebuah media harus fair dalam membuat suatu berita. Bisa jadi dalam proses pemilu (2009) dan pillkada kota dan kabupaten di sulawesi selatan media menjadi salah satu kendaraan calon pemimpin. Disinilah letak media yang harus memberikan kesempatan yang sama pada semua calon untuk mempromosikan diri mereka. Dalam konsep yang lebih besar, setelah verifikasi faktual untuk partai politik yang akan mengikuti pemilu tahun 2009 selesai di bulan juli, berarti semua partai mempunyai kesempatan kurang lebih 9 bulan untuk melakukan kampanye. Dan selama jangka waktu 9 bulan ini media menjadi sarana untuk menjelaskan visi dan misi sang calon pemimpin. Yang menjadi perhatian menarik dari pertanyaan seorang peserta adalah bagaimana kemudian sikap suatu media (cetak) dimana sang calon pemimpin menyewa beberapa halaman untuk memasang foto dirinya dalam ukuran besar di media tersebut? Haruskah ditolak?.
Sikap media dalam membuat pemberitaan pun harus diperhatikan. Bagaimana cross check dilakukan untuk menjaga sebuah berita memang benar adanya. Untuk kasus adam air yang masih menjadi contoh besar kasus seperti ini. Bagaimana kebohongan publik terjadi karena cross check yang tidak dilakukan oleh wartawan bersangkutan. Disini juga kemudian bisa dilihat sikap indepensi suatu media. Mampukah suatu media melakukan suatu pemberitaan terhadap orang-orang yang dekat dengan media tersebut? Apalagi kalau berita yang berhembus ternyata berita yang bernilai negatif. Sanggupkah?
Kutipan dari salah seorang pemateri dalam seminar ini, Bill Kovach sewaktu datang di Indonesia mengatakan dari 9 elemen jurnalistik ternyata sikap independent harus menjadi poin utama dari pers di Indonesia. Kenapa? Melihat flashback yang terjadi dari sejarah pers yang ada di Indonesia. Betapa banyaknya hubungan yang pernah terjadi dengan beberapa pihak terkait dengan pembuatan suatu berita. Disinilah letak sifat mandiri dan independensi media harus ditunjukkan. Dimana konglomerasi media bisa dihindarkan dan kebijakan redaksional tidak terpengaruh oleh apapun. Sanggupkah kita?

Dari catatan seminar sehari, yang membuatku kekurangan tidur.