Never ending drama…

Minggu ini sudah masuk minggu kedua di bulan april. (semestinya) bulan ini saya sudah seminar untuk proposal. Skripsi? Ya tentu saja. Bukan proposal sembarangan. Tapi apa jadinya? Belum jelas nasib dan kabarnya. Tadi pagi saya sempat mengirimkan sms untuk ke tiga sahabat saya. Onta, Ballo, dan Keda. Sekedar menanyakan kabar mereka. Dan skalian laporan mingguan dari spice boyz. Saya pun mengeluh juga kepada mereka. Proposal saya belum terketik satu huruf pun. Bingung? Entahlah, bahkan saya pun tidak tahu dimana masalahnya.
Sebenarnya kalau ingin dijabarkan kenapa tu proposal belum terketik satu huruf pun, bisa terjelaskan. Mulai dari alasan yang memang masuk akal, sampai alasan yang dicarikan supaya ada.
Yang pertama. Masalah kerjaan. Sumpah, saat ini batas ketegangan saya sudah sampai pada limit yang tertinggi di tempat tersebut. Apakah saya bisa? Sudah satu minggu berlalu semenjak saya training kembali. Kemarin tone suara saya sudah sedemikian rendah, sudah berasal dari perut. Cuman nafasnya aja yang masih perlu diatur, oh iya intonasinya juga. Trus masih ada masalah cara menyapa, itu masih menjadi kendala. Berusaha sebaik mungkin? Sudah saya lakukan. Semua orang pun rasanya sudah memberikan tips mereka masing-masing. Tapi itu malah bikin puyeng, karena saya harus menemukan style saya sendiri. Apalagi kemarin 2 rekan sudah tereliminasi. Dan saya? Huah!!!! Bukan masalah itunya, masalah saya kok goblok skali, lama banget untuk bisa menyesuaikan dengan gaya siaran mereka. Dan ini lah yang menjadi beban mental sekaligus beban moral yang kutanggung. Kenapa? Karena saya sudah tahu tempat saya bekerja skarang standarnya dimana, dan pendengarnya dimana. Jadi ketika saya yang sudah berusaha keras untuk mencapai itu dan ternyata masih gitu gitu juga, kyaaa!!!!
Alasan kedua. Pikiran saya sekarang tidak berhenti untuk berdrama. Dampak dari menonton 2 film yang tidak sengaja saya temukan di Makassar Trade Center. Rusak? Tentu saja film itu rusak. Menyebabkan imaji-imaji itu kemudian terus bermunculan kembali. Imaji yang kukira tidak akan pernah muncul lagi. Rasa itu tidak ketinggalan juga, ikut muncul dan menambah kegelisahan. Dan ketika hati ini terus mendamba, bayangan bayangan itu semakin menguat. Gila? Mungkin saja, tinggal selangkah lagi.
Alasan ketiga, saya belum sempat masuk ruang baca dan belum membaca proposal yang pernah saya buat, untuk mata kuliah desain penelitian komunikasi semester lalu. Hanya mengandalkan ingatan yang sudah tidak dapat diandalkan. Sebenarnya mengenai apa proposal yang sudah saya buat dulu yah? Yang jelasnya mengenai rumah sakit. Cadangannya pun sudah saya siapkan juga. Yah dilihatlah nanti yang mana yang akan jalan.
Alasan terakhir, malas!!! Yah malas semakin menguat dan semakin memberat. Makanya proposal itu keknya harus segera dikerjakan dan otomatis membuat skeduling yang baru lagi untuk bulan april ini.
Well, it seems the drama never ends for me...

0 Comments to Never ending drama…