First Love (never) die…

Entah dari mana ungkapan ini berasal tapi saya mendukungnya dengan sepenuh hati. Apakah memang konsep dari otak yang tidak bisa menghapus konsep cinta pertama itu? diantara sekian banyak badai hati yang terjadi setelah cinta pertama, setelah begitu banyak orang yang ditemui, banyak perasaan yang terjadi, tetap perasaan cinta untuk orang pertama itu begitu spesial. Begitu nyata.

Saya selalu menjabarkannya dalam konsep cinta platonik. apa itu? kenapa cinta harus di konsepkan? Saya sendiri mendapat pencerahan mengenai cinta ini dari Elektra, tokoh dalam Supernova edisi Petir milik Dewi Lestari. Cinta platonik merupakan deskripsi cinta yang tidak perlu dikatakan, tetapi kita hanya merasakan bahwa cinta itu ada. Dan yang paling menyakitkan adalah bahwa cinta jenis ini tidak perlu berbalas. Cukup menghormati bahwa perasaan itu memang ada.

Siapa dia? Teman dari jaman SMP. Dia yang pertama kali membuat jantungku berdetak cepat ketika upacara dimulai. Kelas kami bersebelahan, itu artinya barisan kami dilapangan pun bersebelahan. Rasanya saya sanggup upacara dari pagi sampai siang (buset berapa kali lagu indonesia raya mesti diulang kalo seharian begini upacaranya?) hanya untuk melihat senyumnya. Mendengar suaranya, dan yah standar lah jamannya anak SMP. Gombal-gombal sedikit.

Saya sempat kehilangan dia. Dia yang menyatakan akan pergi dari Makassar untuk kuliah di kota lain. Saya sempat menahannya dan mengatakan,

”Haruskah kamu pergi? Tidak bisakah kuliah di Makassar saja bersamaku?”

Ya, perkataan jenis itu. yang biasanya hanya ada di novel-novel yang selalu saya baca. Tapi itu juga pernah saya katakan kepadanya. Jawabannya tentu saja dia pergi. Mengejar mimpinya sendiri sampai ke kota pelajar. Selama setahun saya tidak mendengar kabarnya. Tidak tahu dan tidak mau tahu. Tapi apa mau dikata, rindu memang selalu menyeruak. Saya menghubungi sang kakak untuk meminta nomor telepon dia.

Sang kakak? Yup. Dia yang memuluskan perjalanan cintaku selama SMU. Karena ternyata kakaknya adalah kakak kelasku di STM dulu. Perjalanan cinta yang berjalan sepihak. Tapi saya belum bisa mendiskripsikan apakah memang itu cinta atau tidak. Saya menikmati setiap debaran ketika saya menelpon ke rumahnya. Menikmati setiap janjian ketemu di mall. Jaman ketika fasilitas telepon selular masih kurang, rasanya dengan ngantri dan berjibaku di wartel setiap malam minggu rela saya jalani. Hanya untuk mendengarkan suaranya.

When I dream about you...
Girl you never go away…
Just close my eyes before my dream
Cause I still loving you.

Inilah lagu Stevie B yang menemaniku menulis postingan ini. Haha! So mellow! Karena euforia cinta itu saya rasakan lagi. Setelah 6 tahun berlalu. Setelah sebagian kepingan hatiku dibawanya serta. Saya tahu dia sudah di Makassar sejak beberapa tahun belakangan. Lepas kuliahnya di Yogyakarta. Tapi saya belum berani berhadapan dengan dia. Belum berani untuk meminta kembali kepingan hatiku yang dia bawa pergi. Saya pengecut. Karena saya takut ketika bertemu lagi saya belum siap. Jadinya saya harus menunggu selama 2 tahun untuk bertemu.

Kemarin akhirnya saya bertemu dengan dia lagi. Setelah bingung apa yang akan dijadikan alasan untuk bertemu. Dia bukan sahabat saya yang bisa seenaknya ditelpon dan mengatakan bahwa saya ingin bertemu. Untungnya dia ingin pergi melihat tempat wawancaranya besok. Jadi saya menawarkan diri untuk mengantarnya pergi.

Entah perasaan apa yang menyergapku ketika berdiri di depan pintunya. Melihat senyum yang pernah selalu meneduhkanku. Mendengar bincang hangat dari seluruh anggota keluarganya menyapaku. Karena begitulah pernah posisi diriku. Akrab dengan seluruh kakak, sampai orang tuanya. Rasa familiar bahwa saya pernah bermimpi menjadi bagian dari keluarga ini. Tapi disinilah saya berdiri sekarang. Orang lain. Hehe.

Setelah pamitan sama ibu dan bapak (dari dulu saya tidak pernah memanggil orangtuanya dengan tante dan om, hehehe) kami pun melintasi Jalan Sungai Saddang menuju Ratulangi. Ada banyak percakapan yang terjadi selama kami berkendara. Percakapan dari hati menurut saya. Walaupun harus bersaing dengan deru kendaraan yang lain, saya tetap menyimak apa yang ditanyakannya. Menjawab dengan jelas apa yang terjadi denganku selama 6 tahun belakangan. Setelah melihat tempat tes wawancaranya, kami pun memutuskan masuk mall ratu indah. Tempat yang mempunyai sejuta kenangan bersamanya.

Raut wajah itu yang tidak pernah bisa saya tolak. Raut wajah yang selalu meneduhkan. Senyum yang selalu bisa membuatku menghela napas bahagia. Selama satu jam kami bertukar cerita. Merangkum apa yang terjadi selama kami tidak bertemu. Merangkum segala peristiwa yang terjadi, karena dia sendiri mengatakan,

”kamu berubah banyak, bal”

Saya hanya ingin menjawabnya,

”saya berubah seperti ini hanya untuk kamu. Bahwa saya bisa berjuang untuk mendapatkan kamu lagi. Saya bukan lelaki yang dulu begitu saja melepasmu pergi”

Tapi itu hanyalah perkataan di dalam kepala saya. Saya mengetahui dari akun di facebooknya bahwa dia sudah in a relationship. Dengan jelas saya bertanya siapa dia. Siapa yang telah menjadi tambatan hatinya. Dan saya hanya bisa mendengarkan. Sambil melihat gurat wajahnya yang begitu bahagia telah bertemu dengan pria yang tepat. Pria lain selain saya (lagi). Saya berbesar hati. Saya tahu cukup lama waktu yang kami lalui untuk memetakan perasaan itu. saya pun sudah menemukan kebaranian saya untuk mengatakan,

”saya pernah begitu mencintaimu. Saya pernah begitu mendambakanmu. Sebagian hati saya kau bawa pergi. Bisakah saya memintanya kembali? Karena saya tahu kamu tidak akan pernah menjadi milikku”

Lagi-lagi ini hanya ada dalam kepalaku. Karena begitulah konsep cintaku kepadanya. Dia tahu bahwa saya begitu mencintainya. Tapi dia tidak perlu menjawab apa-apa. Dia hanya perlu tahu bahwa saya akan selalu ada disini. Berdiri dan menunggunya...

Ps : terima kasih telah membuatku menikmati suasana sore yang menyenangkan. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Siapapun yang akan mendampingimu kelak.

7 Comments to First Love (never) die…

Weitzzz... ikut curhat ah... Cinta Pertama emang gak bakal mudah dilupakan .ck..ck..ck... Suit..suiiiiiiit... :)

kalo aku seh mantan penyiar radio..Iqko siapa seh? ka liez gak hapal nama2 julukan ..heheh..bingung mau komen dimana di sini aj yakz..

btw first love? hmmmm dikenang aja...rasanya cukup sampe disitu kqkqkq

yah emang ga lupa, tapi ga ada rasa lagi juga :D

aduh....seneng rasanya,dah dikunjungi ma blog yang keren kayak gini.trimz baget ya.sory komennya asal.wajar kan aku newbie dalam hal ini.

Anonymous
2:27 AM

hahahah..
buTuh 5 taun bWt benaR2 meReLaKannya..


-t-

nala'ju lope :P