And let the love lead me the way…

Tampaknya Tuhan sedang bercanda padaku saat ini. Kenapa saya katakan demikian? Catatan rekor dalam dua hari ini ada tiga orang sahabat saya yang mengeluh mengenai cinta. Cinta? Ya, satu kata yang mempunyai berjuta makna. Makna yang indah, buruk, dan semua hal lain mengenainya. Mengapa saya katakan Tuhan sedang bercanda padaku? I means, hey! Saya? Yang terakhir pacaran satu abad yang lalu? Mengapa semua orang mengisahkan bagaimana perasaan mereka kepadaku?

Okelah, kalau memang dari perspektif sahabat, saya yang harus mengajak mereka berlogika. Melihat semua hal dari sudut pandang yang berbeda. Karena terkadang cinta membuat mereka buta dan tidak bisa melihat sebagaimana mestinya,

”Apakah mata mereka masih tertutupi oleh selaput pink?”

Hahaha. Satu orang sahabat yang sekarang menyadari bagaimana perihnya kehilangan. Dia yang mengatakan lebih baik mempertahankan cinta yang sekarang, daripada mencari sebentuk cinta yang baru (yups! Ini memang benar, kecuali kalau tidak melihat track record kamu, yang 5 kali pacaran dalam kurun waktu 3 tahun?). Saya tidak mengatakan ini karma, Cuma mungkin akhirnya dia mendapatkan artinya. Ketika dulu cinta masih dia miliki, sebegitu gampang dia berpaling. Dengan alasan kebosanan. Dengan alasan tidak cocok lagi. Cinta itu harus dijaga, ketika dia sudah pergi barulah terasa berartinya.

Satu orang mengeluh mengenai masalah hati. Apa yang dia keluhkan? Hubungannya dengan sang pacar sudah hampir berjalan satu tahun. Komunikasi mereka lancar-lancar saja. Hampir tiap hari bertemu, dan tiap weekend mereka lakukan dengan melakukan aktivitas khusus. Masalahnya? Ada orang lain menawarkan cinta. Seorang pramugara katanya. Dan bodohnya lagi? Dia mengiyakan permintaan sang pramugara tersebut! Arggh! Apa yang kau cari sebenarnya buddy? Saya cuma bisa mengatakan kalian sudah terjebak dalam rutinitas hubungan. Semuanya berjalan menuju statis. Semuanya terpola. Sadar atau tidak sadar, wajarlah kalau memang kamu menginginkan suasana baru. Tapi dari cinta orang lain? Saya cuma bisa menyarankan, kembalilah pada komitmen awal kalian. Perjalanan satu tahun bukan waktu yang pendek, apakah kamu ingin melepas kebahagian yang bisa seterusnya hanya untuk kenikmatan sesaat?

Terakhir masalahnya adalah rumit. Orang yang mengajak dia untuk merenda mimpi adalah orang yang sangat bertimbal balik. Berbeda. Dari pandangan, dari kesemuanya. Dia menginginkan A, (calon) pasangannya mengatakan B. Terlalu banyak hal yang abstrak dan tidak dapat terjelaskan. Sedangkan teman saya adalah orang-orang yang frontal. Baik atau buruk, jelek atau bagus, lebih baik dikatakan langsung alasannya. Supaya bisa berbenah diri. Kalau semua hal serba tidak jelas, bukankah diri sendiri yang akan bingung? Salah saya dimana?

Saya juga yakin mereka semua tahu jawabannya. Tahu kemana hati mereka akan melangkah. Saya Cuma bisa mengatakan,
”sekarang kamu bertanya kepada hati kamu, apakah kamu bahagia dengan pilihan ini?”
Sebab bukankah itu yang menjadi dasar dalam menjalin hubungan? Saya yang hanya membaca berbagai artikel cinta, mulai dari http://hanyawanita.com atau sumber-sumber lain hanya bisa mendengarkan. Saya tidak akan menyarankan apapun kecuali kalian minta. Dan apa yang terbaik kalian sendiri yang memutuskan.

Sedangkan saya? Entahlah. Mungkin Tuhan masih belum mempercayai saya. Belum mempercayai apakah saya sudah siap memulai suatu hubungan lagi atau tidak. Tapi saya tidak pernah memikirkannya. Saya tidak pernah marah. Walaupun perasaan hampa itu akan timbul disaat saya berjalan ke mal, dan melihat banyak sekali pasangan yang menghabiskan waktu, sewaktu berlari dan melihat mereka-mereka yang bergandengan tangan. Saya percaya cinta akan datang dengan jalannya sendiri. Saya tinggal membuka hati dan melihat jalan cinta itu. Saya tidak akan pernah merasa kesepian, ada banyak hal yang bisa membuat saya bahagia. Termasuk sahabat-sahabat yang masih mempercayai saya untuk mendengarkan mereka...

0 Comments to And let the love lead me the way…