Hampa!!!

Hampa!!!

Pukul 7. 50 pagi, matahari masih berusaha untuk menerobos masuk ke ruangan kecil ini. Namun apa daya, kekuatan sang gorden biru masih lebih besar lagi. Cuma sedikit saja cahaya yang lolos. Menandakan pagi sudah lama pergi untuk hari ini. Nelly furtado masih asyik bernyayi bersama Juanes. Tes Busque. Entahlah apa artinya, aku juga tidak berusaha untuk mencari artinya. Cukuplah mereka menemaniku pagi ini. Sebelum saya beranjak untuk mencari kebutuhan biologis saya yang lain.
Entahlah, aku juga bingung. Sebenarnya apa yang kurasakan saat ini sebenarnya? Sebegitu kompleks kah perasaan ku? Kemarin saya sempat chat dengan sesorang yang gak jelas dan gak penting asal usulnya. Cuma satu hal yang saya ingat dari percakapan kami. Jangan sampai larut dalam perasaan. Jangan terlalu mengikutinya. Toh nantinya kamu yang akan capek sendiri. Apakah ini? Sebuah statement apatis dari sesorang yang sedang terluka? Ataukah sebuah bentuk untuk tidak memaknai lagi yang namanya sebuah perasaan? Saya tidak setuju dengan hal itu, bagaimana mungkin kita bias hidup kalau tidak mengikuti apa yang kita rasakan. Dan inilah yang menghimpit pikiranku sekarang. Capek!!! Capek dengan mengikuti semua huru-hara (entah mengapa aku menyebut huru-hara untuk complicatednya perasaanku), capek dengan segala mobilitas. Capek melihat orang-orang yang tidak seide denganku. Capek dengan tugasku untuk membahagiakan orang lain, sedangkan diri saya sendiri tidak bahagia
Sebuah statement lagi kluar dikepalaku. Kita tidak diciptakan untuk membahagiakan semua orang. Tapi mengapa? Mengapa? Kata Weda, itulah yang membuat saya spesial, membuat saya istimewa. Karena saya bisa mengkondisikan diri saya untuk bisa masuk ke semua lini pertemanan. Dengan menjaga semua tatanan pertemanan yang normal. Yang tidak membuat orang lain tersinggung, marah ataupun yang lainnya. Biarlah saya yang mengalah, biarlah saya yang sakit. Karena merupakan tugas saya untuk mengerti mereka semua. Bodoh? Mungkin begitu. Tapi dari segi penglihatan saya, saya sudah cukup dewasa untuk tidak memaksakan semua hal saya setujui dengan pola pemahaman mereka. Cukuplah saya yang mengerti. Weda juga bilang saya bodoh. Bodoh karena terlalu menekan perasaan saya, tetapi tidak memikirkan apa yang saya inginkan. Dan inilah ketakutanku sekarang. Selama 3 bulan lebih bergaul di bibli. Disinilah saya bisa menemukan diri saya yang hilang itu. Dimana semua perasaan saya bisa tertuang dan tergambar dengan jelas. Saya mau marah, ya marah. Tidak ada yang keberatan. Karena semua perbedaan dihargai. Disanalah saya diajarkan bahwa memang perbedaan itu ada. Apakah salah? Tidak, yang salah adalah orang yang tidak mengerti perbedaan itu. Apakah nanti ketika saya menjalani kehidupan normal saya (kuliah or ketemu dengan orang-orang lain) apakah saya bisa menjaga agar pola piker saya masih tetap seperti ini? Entahlah,, capek!!! Cuma ini yang ingin kuteriakkan,, sudahlah,, jangan diteruskan lagi perkataan ini. Nantilah dilihat apa yang akan terjadi. All Good things come to the end. Nelly furtado sudah bernyanyi lagu lain lagi. Benarkah semua hal baik toh nantinya akan dating juga? Semoga…

0 Comments to Hampa!!!