How’s life, Mr. Beruang?

Rasanya memang pertanyaan itu yang paling sering berkeliaran dan terucapkan dalam keseharian. Entah itu ditujukan untuk diri sendiri, atau untuk para sahabat. Sekedar bertukar sapa dan bertukar kabar. Bagaimana hidup menyapa kalian saat ini?



Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada saya, saya hanya bisa menjawab,

“mungkin tidak ada lagi keadaaan yang lebih baik dari ini. Yang paling susah dalam hidup adalah bagaimana bisa bersyukur, sekecil apapun nikmat yang didapatkan. Termasuk pekerjaan”


Ya pekerjaan. Masih banyak orang yang tidak bisa menyangka. Hah? Saya? Berakhir sebagai abdi Negara? Sebuah profesi yang dulunya bahkan sempat saya cela setengah mati. Dengan tekad tidak akan melanjutkan kutukan Pe-En-Es di dalam keluarga. Secara bapak, kakak, dan adek sudah memiliki NIP nya masing-masing.

Tapi begitulah jalan hidup. There’s no one know what scenario that we gonna run tomorrow. Saya selalu ingat apa yang dikatakan oleh seorang Bapak ketika saya melakukan registrasi ulang,

“yang namanya rejeki tidak akan jatuh kemana. Semuanya sudah diatur. Kalau rejeki kita memang hanya secangkir, sekeras apapun kita mengupayakannya untuk menjadi satu ember, tetap ember itu akan tumpah dan hanya menyisakan satu cangkir saja”


Inilah yang paling menyita kehidupanku sekarang. Belajar untuk settle down, tidak melihat ke kanan dan ke kiri lagi. Bagaimana pun juga, hidup inilah yang akan dijalani sampai hari tua. Amin.

2 Comments to How’s life, Mr. Beruang?

banyak hal yang bisa kusimak dan kupelajari dari kisahmu, beruang. keep inspiring!!!

Anonymous
3:22 PM

kebaikan adalah kebiasaan, bersukur merupakan perbuatan baik, klo kita tak memaksakan untuk terbiasa bersukur maka kita tak akan bisa menerima apa yang telah diberikanNya...