Konsep pendidikan keluarga.

Dalam 2 hari ini entah mengapa konsep itu semakin terngiang-ngiang di telinga saya. Konsep tentang bagaimana semestinya seorang anak mendapat pendidikan dari orang tua. Bukannya tanpa sebab, 2 hari yang lalu saya banyak ngobrol dengan Tadda. Mengenai konsep perbedaan keluarga kami.
Dalam keluarga saya, sejak dari kecil kami sudah dibiasakan untuk mengambil tanggung jawab atas hidup kami. Contoh sederhana,

Saya : ma, saya mau ikut les bahasa Inggris. Ikut tidak yah?
Ibu : penting tidak?
Saya : Penting.
Ibu : kamu nilai sendiri. Kalau memang kamu rasa penting. Ambil. Karena kamu yang menjalani. Tapi jangan mengeluh kalau waktu mainmu terambil sebagian.


Dan syukurlah karena mungkin kami semua (saya beserta kakak dan adik) diberikan kapasitas berpikir yang lebih besar daripada orang lain. Akhirnya semua permasalahan tentang pendidikan kembali ke tangan kami semua. Mau masuk sekolah mana. Mau masuk jurusan apa. Mau belajar apa tidak sewaktu ujian. Semuanya dikembalikan ke kami. Dan perlahan-lahan saya pun mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang saya bisa. Ada satu hal yang sangat terekam dalam kepala saya perkataannya Ibu tentang pendidikan,

”Biar saja Ibu dan Bapakmu bodoh. Hanya lulus SMP saja. Tapi kalian harus pintar. Supaya besok bisa hidup lebih baik dari kami.”



Kenapa hal ini sangat mengganggu pikiran saya? Kemenakan saya di sebelah rumah tidak lulus SMP. Sekolahnya termasuk unggulan pula! Sedangkan anak-anak lain di sekitar rumah kami walaupun sekolah swasta tetapi bisa lulus SMP. Apa yang menjadi masalahnya? Ibu seorang kepala bagian di Pengadilan Tinggi. Ayahnya seorang insinyur. Kok bisa anaknya lulus SMP saja tidak?

Ada banyak hal yang terakumulasi dalam perjalanan kehidupan kemenakan saya itu. saya tidak mungkin menyalahkan atau menghakiminya. Siapa saya? Cuma terkadang miris saja. Sudah dari dulu saya sering memanggilnya untuk belajar. Cuma karena kepala batu, yah tetap aja ngeyel. Permasalahan utama memang berasal dari rumah. Ibunya adalah seorang pegawai kantor. Pulang jam 5 sore. Habis itu belanja untuk masakan di kantin keesokan harinya. Sedangkan ayahnya sibuk juga. Mengurusi proyek LPPM yang ada di daerah kami. Akibatnya? Anaknya yang lebih senang nongkrong di rental playstation daripada tinggal di rumah. Lebih senang keluyuran daripada belajar.

Saya masih ingat ketika saya kecil, jam 7 malam sudah harus masuk rumah. Belajar. PR dikerjakan semua. Setiap ada ulangan semuanya harus dihapal. Walaupun terkadang ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh ibu ataupun bapak, setidaknya mereka menyuruh kami untuk membaca dan belajar. Itu yang terbawa sampai sekarang. Dimana saya bisa mengerti dan memahami keinginan orang tua. Karena pendidikanlah yang membedakan posisi kita dengan orang lain.

Okelah mungkin kedengarannya sangat klise. Tapi begitulah yang terjadi. Dalam konsep psikologi, seorang anak (pembahasan di skripsi tercinta) akan merekam kebiasaanya dan terus membawanya serta. Kalau memang dibiasakan baik, dia akan baik. Walaupun nantinya akan ada faktor dari luar yang ikut mempengaruhi, setidaknya ”isi dalam”nya sudah benar dululah. Belakangan soal memutuskan ini benar atau tidak. Tergantung insting yang akan diikuti anak tersebut.

Jadi bagaimanakah konsep pendidikan ideal yang harusnya diturunkan oleh orang tua kepada anaknya? Masih banyak hal yang harus dipertimbangkan tentu saja. Faktor ekonomi yang membuat orang tua harus bekerja ekstra untuk keperluan sang anak. Faktor pembiasaan dalam rumah, dan masih banyak faktor lainnya. Tapi setidaknya saya sadar akan satu hal. Ketika kita benar-benar memberikan perhatian khusus kepada anak mengenai pentingnya pendidikan, dia akan membawanya seumur hidup. Bahwa itulah nantinya yang akan menjadi modal dasar untuk menghadapi dunia.

*penghargaan tak terhingga untuk Ibu dan Bapak yang telah mengajarkan kami untuk selalu belajar. Walaupun cambukan sapu lidi itu dulunya begitu perih di betis dan tangan, setidaknya betis dan tangan itu sekarang bisa digunakan untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

3 Comments to Konsep pendidikan keluarga.

hmm memang susah jaman sekarang buat anak2 utk sekolah kompetisi makin berat

(woot)
memang sudah waktunya bo'
:))

masalah terbesar dalam pendidikan anak2 jaman sekarang adalah...apakah benar anak2 itu menempuh jalur pendidikan sesuai keinginan mereka dan bukannya keinginan orang tua mereka..?

banyak orang tua yang ingin anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan, bukan seperti yang anaknya inginkan..

maka berbahagialah anak2 yang diberi kebebasan oleh orang tuanya untuk menjadi apa saja yang mereka inginkan...