Dahsyat yang semakin ‘dahsyat’

Apa yang menyebabkan Olga dapat Panasonic award?

Apa yang menyebabkan Luna Maya menjadi sosok yang berbeda dari image yang selama ini slalu jaim?

Apa yang menyebabkan industri musik indonesia bergairah lagi?

Apa yang menyebabkan radio yang memutarkan lagu indonesia menjadi semakin berjaya?

Jawabannnya hanya satu. Dahsyat! Ya, dari sekian banyak acara yang serupa dan sejenis, hanya Dahsyat yang mampu membawa pengaruh ke dalam acara televisi yang wajib ditonton pukul 10 pagi sampai pukul 12 siang. Belum termasuk jadwal weekend yang jam tayangnya juga bertambah. Di sekolah, di tempat les, di salon, di rumah, semuanya mempertontonkan keahlian Luna Maya, Raffi Ahmad, Olga Syahputra dalam memandu acara musik ini. Saya masih ingat dengan jelas beberapa tahun lalu ketika Luna Maya membawakan acara MTV AMPUH. Gosh! She’s like a zombie! Bicara datar, tidak ada artikulasi, pengucapan artis dan judul lagu yang salah, cuman mengandalkan wajah cantiknya doang. Tetapi sekarang bisa saya katakan dia sudah jauh berbeda. Suasana yang ditawarkan oleh ketiga orang gila ini mampu membawa suasana pagi yang berbeda pula. Ditemani dengan artis artis yang menyanyikan lagu mereka, acara ini menjadi sangat pas sebagai teman bekerja di kantor, menunggu daftar antrian di puskesmas, sampai teman beres-beres rumah.

Menilik perjalanan acara serupa di televisi Indonesia, RCTI memang piawai membuat satu konsep yang utuh. Artinya pertama kita tonton, selalu ada perbaikan dan variasi dalam acaranya. Sehingga penonton tidak akan bosan. Masih ingat DELTA? Deretan Lagu Terbaik? Tayang setiap sabtu pukul 09.30 sampai 10.30. saya masih ingat dengan jelas. Dengan suara talent yang membawakan pengantar ke setiap lagu (sekarang diadopsi oleh acara serupa di Trans TV) menjadikan Delta salah satu barometer musik Indonesia dan mancanegara. Ada pula VMI atau Video Musik Indonesia dengan Dian Nitami sebagai host. Perjalanan musik Indoensia bisa terkover dengan jelas lewat acara ini. Ada pula Zimfoni di SCTV yang mempopulerkan nama Dewi Rezer sebagai salah satu host acara musik terkenal.

Ada apa dengan MTV? Mengapa posisinya bisa bergeser? Inilah yang dinamakan industri. Siapa yang mampu menawarkan produk yang lebih bagus, dengan kualitas terjamin tentu saja akan lebih diminati. Saya pun bisa berkata, MTV Indonesia sudah mati. Walaupun VJ Hunt tetap mereka lakukan setiap tahun, ini akhirnya menjadi suatu pencarian sia-sia. Karena yang dibutuhkan adalah konsep yang jelas. Konsep yang utuh. Kemudian didukung oleh talent atau host yang bisa menjabarkan konsep tersebut secara benar. Sekarang? MTV Insomnia? Siapa yang mau nonton jam segitu? Kecuali mereka yang begadang tentu saja, tapi siapa yang mau memutarkan lagu dengan volume keras di jam 3 pagi? Mau ditimpuk sama tetangga? Ada MTV Ampuh. Ajang Musik Pribumi Sepuluh. Yang berubah menjadi Dua Puluh. Sehingga menjadi Empat Puluh. Berubah menjadi Stairways. Dengan konsep yang sama, artis plus chart, tapi kenapa mereka tidak bisa menyaingi Dahsyat?

Satu jawaban saya, ”sekarang bukan generasi MTV. Mereka adalah generasi Miss Hacker. Yang membutuhkan acara menghibur ketimbang gaya”

Sebenarnya kita patut menyebutkan INBOX sebagai pionir dalam ”memasyaratkan” tayang musik seperti ini. Tapi seorang penonton pun tidak bisa dibohongi. Inilah acara lipsync terbesar yang pernah ada. Ada acara yang jreng, jreng gak jelas dan hanya menampilkan penyanyi yang ”seolah-olah” bernyanyi. Hanya ada beberapa orang yang sukses memaksa pihak INBOX untuk tidak memaksa mereka lipsync. Slank, Samsons, Padi menjadi contohnya. Ini seakan akan menunjukkan indikator juga. Sebenarnya sampai mana skilll band baru sehingga mereka tidak pede menunjukkan suara asli mereka? Ataukah memang ini syarat yang harus dilakukan supaya bisa tampil di INBOX?
Okelah, rasanya sangat tidak fair ketika saya berbicara panjang lebar seperti ini. Dahsyat syutingnya di studio, sedangkan Inbox di outdoor. Dari faktor maintenance yang paling meribetkan saya kira. Harus membongkar set panggung dan set audio setiap hari pastinya akan membuat bujet produksi semakin membengkak. Kenapa tidak dibuat dalam studio saja? Maaf jangan tanya saya, bukan saya yang jadi produsernya!

Acara musik (indonesia) ini membawa dampak juga pada radio. Di Makassar bersyukurlah mereka yang lebih banyak memutarkan lagu Indonesia. Saya tahu beberapa teman akan tertawa pada saya. Saya yang pede mengatakan,

”maaf saya tidak mendengarkan lagu indonesia”

Sekarang depan, belakang, kanan, kiri digempur oleh band band dan lagu lagu yang seakan menikmati panen fenomena ini. Entah apa mereka bisa bertahan sampai membuat album kedua ataukah hanya menjadi one hit wonder semata. Saya dan teman-teman di http://creativedisc.com malah menjadi orang termaginalkan dengan tetap menikmati musik mancanegara sebagai kiblat kami (Welly, percayalah kami akan tetap setia!). Hahaha!

Pada akhirnya apa yang ditawarkan industri memang berulang kembali. Bukti budaya latah dalam media kita masih terus berjalan. Sukses yang didapatkan acara musik kemudian diikuti oleh stasiun televisi lain. Sekarang yang menjadi ”alat perang” adalah konsep yang ditawarkan, siapa yang paling bagus tentu itulah yang akan dipilih. Mari kita lihat sampai sejauh mana perjalanan Dahsyat yang semakin mendahsyat.

2 Comments to Dahsyat yang semakin ‘dahsyat’

hohohoh bawa2 nama gw neh..
thank you yah buat dukungannya buat CreativeDisc.com! hehehe

Acara Dashyat mmg berpengaruh cukup besar. Biasanya acara musik hanya di minati oleh remaja dan yang menjelang dewasa, sekarang? Ibu-ibu juga suka, anak2 juga keracunan.. jadi jgn heran ibu2 tuh lebih hapal lagunya Andra&the Backbone lah, BCL lah, Dewiq, Ello sampai Kotak. Gak usah nanya deh anak2 SD ato TK.
Fenomena ini membuat seorang penyiar radio swasta yg bersegmen wanita dewasa mayoritas ibu2 rumah tangga sempat beradu argumen dengan yang punya radio hanya karena bosnya ini keukeuh menganggap lagu2 yg di putarnya di acara pagi terlalu keras dan terlalu anak muda. Sampai akhirnya dia menyerah karena sadar sendiri pas diyakinkan oleh penyiarnya that kebanyakan orang mostly ibu2 yg tinggal di rumah nonton dashyat gara2 Luna maya. Titi DJ aja ngerock sekarang, masa mo tetap bergaul sama lagu2nya Ruth Sahanaya ato Yuni Shara. Toh Yuni aja "pacaran" sama host-nya Dashyat.

Kalopun mungkin ada yang bikin bosan di dashyat adalah terlalu di endorse-nya hubungan Luna Maya dan Ariel Peterpan. Tapi itu kan urusannya Insert Siang dan Silet.. bukan?