Marhaban Ya Ramadhan


marhaban ya ramadhan...

Sebuah Perjalanan Baru (Lagi)

Sepertinya ungkapan bahwa hanya keledai yang jatuh kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya berlaku juga untuk saya. Bukan hanya dua kali, tetapi berkali-kali saya terjerembab di permasalahan yang sama. Permasalahan klasik yang sudah sering sekali mendera. Saya kehilangan identitas diri dan tidak tahu bagaimana hidup saya sebenarnya.

Sebuah pernyataan sombong dari dalam diri bahwa hanya saya yang paling mengetahui apa yang saya inginkan, bagaimana diri ini menjalani hidup, rupanya sekarang menjadi bumerang yang balik menyerang titik terdalam. Eksistensi saya sebenarnya dimana? Apa yang menjadi tujuan saya? Kemana perjalanan ini akan berakhir?

I guess i just got lost
Bein' someone else
I tried to kill the pain
Nothin ever helped
I left myself behind
Somewhere along the way
Hopin to come back around
To find myself someday

(3 Doors Down - Let Me Be My Self)


Saya terjebak kembali pada pola permainan lama yang telah lama saya tinggalkan. Berusaha terlihat baik dan sempurna di depan semua orang. Berusaha untuk ada bagi semua orang. Menyediakan telinga untuk berkeluh kesah. Menyediakan punggung untuk bersandar. Menyediakan bahu untuk menangis. Saya lupa, saya juga manusia yang mempunyai emosi. Semua cerita itu mencapai puncaknya minggu lalu. Ketika saya tidak bisa membedakan lagi, apakah semua cerita-cerita itu milik saya atau bukan. Semuanya meraja di dalam kepala. Tanpa bisa membedakan ini harus disimpan dan ini yang harus dicerna atau ini harus dibuang.

Saya teringat dengan percakapan intens dengan beberapa orang berbeda dengan masalah mereka masing-masing. Semuanya terlalui dalam hitungan jam saja. Saya yang begitu bodoh. Merasa diri ini begitu penting. Merasa dunia ini akan berhenti berputar ketika saya berhenti untuk peduli Bukannya orang-orang ini atau cerita mereka tidak penting, tapi bahkan otak dan perasaan ini memiliki kapasitas juga. Saya bukan orang suci atau santa yang bisa menerima semua cerita itu tanpa dampak yang nyata. Saya pikir saya bisa menghandle semunya. Ternyata saya salah. Semua cerita itu, ditambah sedikit drama dalam hidup saya sendiri perlahan-lahan menggerogoti diri saya dari dalam. Pelan-pelan saya merasa kehilangan diri. Puncaknya ketika saya ingin berteriak untuk melepaskan semua suara-suara yang saling bersahutan di dalam kepala.

When you're broken
In a Million little pieces
And your tryin'
But you can't hold on any more
Every tear falls down for a reason
Don't you stop believin' in your self
When you're broken

(Lindsey Haun - Broken)

Apa yang salah? Tidak ada. Hanya saya saja yang kehilangan aturan untuk diri sendiri. Kehilangan waktu bahkan untuk sekedar bertanya, ”apa yang terjadi dengan dirimu?, ”apakah kau senang dengan keadaan ini?” semua fokus itu hilang dan tergantikan sesuatu yang tidak penting. Sesuatu yang terus saya cari. Saya pikir saya bisa mendapatkan ketenangan dari dunia itu, tapi saya salah. Justru itulah kehilangan terbesar. Ketika saya menginginkan semua dunia melihat saya sebagai seseorang yang sempurna. Pelan-pelan saya membohongi diri sendiri. Menciptakan skenario. Dan mempercayai jalan ceritanya. Semua itu bagaikan sebuah mimpi buruk. Saya baru terbangun sekarang!

Saya selalu terjebak di batas keinginan dua arah. Saling berlawanan. Saling berkebalikan. Tanpa bisa memilih dan selalu terangan-angan. Apa jadinya? Saya tidak menikmati kedua-duanya. Saya berada disini, tapi hati saya berada disitu. Hati ini berkata ini, mulut saya berbicara itu. bahkan saya sudah munafik dan membohongi diri sendiri. Berkata inilah yang saya inginkan. Padahal saya sendiri tidak nyaman didalamnya. Untuk apa saya melakukan semua itu? untuk membuat semua orang terkesan dengan saya. Itulah jawabannya. Dan disinilah saya. Terjatuh lagi.

Rupanya Tuhan masih sayang dengan saya. Masih terngiang-ngiang dengan jelas perkataan pongah itu. ”Saya bingung, Tuhan sebenarnya menyangi saya atau justru sangat membenci saya?” saya lupa. Dia selalu memberi pelajaran dengan caranya sendiri. Dia menunjukkan sayangNya dengan jalannya sendiri. Saya selalu lupa bersyukur. Ada banyak nikmat yang telah diberikan dan saya masih ingkar akan kehadiranNya. Kombinasi yang sangat bagus bukan? Seseorang yang lupa diri ditambah keraguan terhadap kehadiran sang pencipta. Itulah yang menyebabkan kejatuhan saya kali ini semakin parah.


Dua hari ini saya banyak berbincang dengan diri sendiri. Bertanya kepada hati, bertanya kepada pikiran dan bertanya kepada eksistensi saya sendiri. Akan dibawa kemana kaki ini akan melangkah keesokan hari? Akan dibawa kemana mata ini keesokan hari? Ternyata Allah sangat sayang kepada saya. Saya masih diberi kemampuan untuk memikirkan akan dikemanakan hidup ini. Bagaimana hidup ini akan terjalani keesokan hari. Bagaimana prioritas itu satu persatu akan berusaha diselesaikan. Dengan berusaha membuang dan memangkas semua bagian buruk didalam hati. Karena kegelapan itu ternyata semakin memekat dan menguasai diri saya. Setidaknya kali ini saya merasakan semuanya kosong kembali. Perasaan, mimpi, keinginan yang harus dipetakan kembali. Dengan berusaha untuk menjadi diri sendiri. Apa adanya.

Karena bagaimanapun juga, saya tidak diciptakan untuk membahagiakan semua orang.